Girl Talk. Lala Purwono. 181 halaman. Stiletto Books. |
just believe that God has made a much better plan for you.
Mereka bicara tentang cinta, juga tentang sakit hati karena cinta yang mengikat terlampau erat. Mereka bicara tentang rahim yang tak pernah menjadi tempat singgah seorang bayi mungil, juga tentang perut membuncit yang bisa berarti akhir dari segalanya. Mereka bicara tentang ketakutan pada ikatan pernikahan, juga ketakutan menghabiskan seumur hidup mereka dalam kesendirian. Mereka bicara tentang rasa egois seorang lelaki, tapi mereka mengakui tak bisa hidup tanpanya. (Back Cover, Girl Talk)
Tulisan di sampul belakang buku inilah yang membuat saya tanpa ragu-ragu membelinya. Membaca buku Girl Talk ini rasanya seperti menguping obrolan dua cewek. Obrolan yang cewek banget dan hanya cocok dibicarain dengan sesama cewek. 30 kisah yang ditulis dengan apik oleh Lala Purwono, singkat dan dengan akhir yang tidak diduga-duga. Membuat kita merasa tidak sendirian, karena ada perempuan lain yang mengalami hal yang sama dengan kita. Atau gumaman ternyata ada ya masalah yang kayak gini akan terlintas dalam pikiran kita.
Tulisan di sampul belakang buku inilah yang membuat saya tanpa ragu-ragu membelinya. Membaca buku Girl Talk ini rasanya seperti menguping obrolan dua cewek. Obrolan yang cewek banget dan hanya cocok dibicarain dengan sesama cewek. 30 kisah yang ditulis dengan apik oleh Lala Purwono, singkat dan dengan akhir yang tidak diduga-duga. Membuat kita merasa tidak sendirian, karena ada perempuan lain yang mengalami hal yang sama dengan kita. Atau gumaman ternyata ada ya masalah yang kayak gini akan terlintas dalam pikiran kita.
Kisah The Questions yang membicarakan tentang never ending questions dari orang sekitar menjadi salah satu favorit saya. Simple, karena saya mengalami hal serupa. Pertanyaan kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah anak, dan kapan-kapan yang lain seolah tanpa henti selalu ditanyakan pada kita. Pertanyaan itu memang hal yang wajar bagi kebanyakan orang, tapi tidak semua orang.
Saat saya akhirnya berhasil menyelesaikan studi S1 di semester 10, saya menyadari bahwa pertanyaan 'gimana skripsinya' dan 'kapan wisuda' menjadi hal yang sulit untuk dijawab. Begitu juga pertanyaan 'kapan nikah'. Hal ini memberi pelajaran bagi saya untuk mengganti pertanyaan selain seputar 'kapan dan kapan'. Toh, masih banyak topik pembicaraan yang lebih menarik ketimbang The Questions itu.
mbak ... aq ambil quote nya ya ...for someone ..
ReplyDelete