Bertemu dan ngobrol dengan saudara, teman, dosen, mahasiswa, bahkan orang yang baru pertama kali saya kenal selalu menjadi hal yang menarik.
Dalam obrolan itu, mereka seringkali menceritakan pengalaman, prestasi dan impian-impian mereka. Suatu hal yang membuat saya kembali mengingat impian-impian saya. Menyadarkan saya dari tidur panjang untuk segera bangun dan meraih impian tersebut. Tak jarang juga membuat saya malu akan diri yang tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Sekaligus terselip doa, semoga bisa menjadi seperti mereka, atau bahkan lebih.
Seperti suatu sore, nita, teman dekat saya, berkunjung ke tempat saya dan bercerita tentang teman barunya yang begitu menakjubkan. Seorang yang berbakat, kreatif dan bertalenta. Dalam hati ingin rasanya seperti dia.
Begitu juga ketika saya belajar pada mentor menulis saya, mbak Ayi'. Saya sampai terkagum-kagum mendengarkan cerita dan pengalamannya dalam dunia tulis-menulis. Dan lagi-lagi saya ingin menjadi seperti dia. Memenangkan lomba-lomba menulis dan mempunyai prestasi yang bisa dibanggakan.
Pelajaran dari orang lain tidak melulu tentang hal-hal yang baik. Maksud saya bukan berarti senang dengan hal-hal jelek atau buruk yang menimpa orang lain. Dari cerita dan pengalaman 'jatuh' dan khilaf orang, menjadikan saya belajar untuk bersyukur dengan kehidupan yang saya jalani. Bersyukur saya tidak mengalami nasib seperti mereka. Dan tentu saja, belajar dari pengalaman mereka.
Tak hanya kepada teman nita dan mbak Ayi', tapi hampir kepada semua teman, saudara, dosen, mahasiswa bahkan orang-orang baru. Kepada mereka saya diam-diam menaruh segenggam kagum dan setumpuk harapan. Untuk belajar dari mereka. Benar kata teman di salah satu status facebook nya "kita sering takjub dengan cerita pahlawan, padahal diam-diam kita juga hebat dimata seseorang." Bedanya, mereka terlihat begitu hebat di mata saya.
Saat saya begitu inginnya menjadi seperti mereka, saya tersadar. Saya bukan mereka. Dan tidak akan bisa menjadi mereka. Saya mungkin bisa belajar menulis dari mbak Ayi', tapi saya tidak bisa jadi seperti mbak Ayi' seutuhnya. Saya mungkin akan menemukan cara saya sendiri dalam menulis dan mengembangkan bakat saya. Saya hanya perlu mengambil pelajaran-pelajarannya.
Pelajaran itu antara lain; semangat yang serasa tak pernah padam, tekad untuk mengejar impian, tak pernah menyerah akan keadaan, berani mencoba dan berani gagal, selalu dan selalu berusaha, tak kenal kata menyerah.
Saya hanya perlu mengadopsi dan mengadaptasi pelajaran-pelajaran itu, tanpa mengubah diri saya. Karena pada akhirnya saya akan menemukan cara paling pas dalam menjalani hidup untuk diri saya sendiri. Seperti kata pepatah "cara yang paling menyenangkan dalam menjalani hidup adalah menjalani dengan cara kita sendiri".
Dalam obrolan itu, mereka seringkali menceritakan pengalaman, prestasi dan impian-impian mereka. Suatu hal yang membuat saya kembali mengingat impian-impian saya. Menyadarkan saya dari tidur panjang untuk segera bangun dan meraih impian tersebut. Tak jarang juga membuat saya malu akan diri yang tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Sekaligus terselip doa, semoga bisa menjadi seperti mereka, atau bahkan lebih.
Seperti suatu sore, nita, teman dekat saya, berkunjung ke tempat saya dan bercerita tentang teman barunya yang begitu menakjubkan. Seorang yang berbakat, kreatif dan bertalenta. Dalam hati ingin rasanya seperti dia.
Begitu juga ketika saya belajar pada mentor menulis saya, mbak Ayi'. Saya sampai terkagum-kagum mendengarkan cerita dan pengalamannya dalam dunia tulis-menulis. Dan lagi-lagi saya ingin menjadi seperti dia. Memenangkan lomba-lomba menulis dan mempunyai prestasi yang bisa dibanggakan.
Pelajaran dari orang lain tidak melulu tentang hal-hal yang baik. Maksud saya bukan berarti senang dengan hal-hal jelek atau buruk yang menimpa orang lain. Dari cerita dan pengalaman 'jatuh' dan khilaf orang, menjadikan saya belajar untuk bersyukur dengan kehidupan yang saya jalani. Bersyukur saya tidak mengalami nasib seperti mereka. Dan tentu saja, belajar dari pengalaman mereka.
Tak hanya kepada teman nita dan mbak Ayi', tapi hampir kepada semua teman, saudara, dosen, mahasiswa bahkan orang-orang baru. Kepada mereka saya diam-diam menaruh segenggam kagum dan setumpuk harapan. Untuk belajar dari mereka. Benar kata teman di salah satu status facebook nya "kita sering takjub dengan cerita pahlawan, padahal diam-diam kita juga hebat dimata seseorang." Bedanya, mereka terlihat begitu hebat di mata saya.
Saat saya begitu inginnya menjadi seperti mereka, saya tersadar. Saya bukan mereka. Dan tidak akan bisa menjadi mereka. Saya mungkin bisa belajar menulis dari mbak Ayi', tapi saya tidak bisa jadi seperti mbak Ayi' seutuhnya. Saya mungkin akan menemukan cara saya sendiri dalam menulis dan mengembangkan bakat saya. Saya hanya perlu mengambil pelajaran-pelajarannya.
Pelajaran itu antara lain; semangat yang serasa tak pernah padam, tekad untuk mengejar impian, tak pernah menyerah akan keadaan, berani mencoba dan berani gagal, selalu dan selalu berusaha, tak kenal kata menyerah.
Saya hanya perlu mengadopsi dan mengadaptasi pelajaran-pelajaran itu, tanpa mengubah diri saya. Karena pada akhirnya saya akan menemukan cara paling pas dalam menjalani hidup untuk diri saya sendiri. Seperti kata pepatah "cara yang paling menyenangkan dalam menjalani hidup adalah menjalani dengan cara kita sendiri".
Mantab,,,,,
ReplyDelete